Pesta Rakyat

BANDUNG CYBER CITY
 Sampurasun

Dulu saat peserta Pemilu belum sebanyak sekarang, ajang pesta demokrasi lima tahunan ini benar-benar menjadi pesta rakyat. Konvoi peserta pemilu saat kampanye menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat. Orang-orang keluar rumah, menyemut di pinggir jalan sekedar untuk melihat arak-arakan kampanye. Antusiasme masyarakat dari orang tua hingga anak-anak begitu jelas terlihat, kampanye menjadi salah satu agenda yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat kala itu.

Belakangan, hal ini sudah mulai tidak terlihat, setidaknya antusiasme masyarakat mulai jauh berkurang. Entah karena kesibukan masyarakat yang mulai padat atau mungkin juga masyarakat sudah mulai tidak perduli dengan yang namanya pemilu. Karena bagaimanapun juga, yang dilihat oleh rakyat adalah hasil akhir. Akhir dari pemilu, apakah janji-janji saat kampanye di realisasikan setelah terpilih? Hasil akhir itu yang sepertinya tidak didapat, setidaknya tidak dirasakan.

Kasus-kasus korupsi yang semakin marak di negeri ini jadi salah satu alasannya, studi banding ke luar negeri meskipun dengan alasan untuk kepentingan rakyat, tetap tidak bisa diterima dalam kondisi rakyat yang sedang kesusahan. Mungkin tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk merubah negeri ini menjadi lebih baik, tapi rakyat kian terjepit. Harga-harga yang melambung tinggi tidak sebanding dengan penghasilan, jika sudah seperti ini, lalu pada siapa rakyat harus mengadu, pada siapa harus menggantungkan hidupnya. Tidak perlu membela diri dengan berkata rakyat yang mana, tidak usah berbahasa diplomatis untuk mencari pembenaran, karena rakyat hanya ingin bukti nyata.

Janji-janji saat kampanye mulai dipertanyakan, slogan-slogan pro rakyat saat kampanye mulai diragukan. Bukankah jika suatu negeri mengalami kesusahan, para pemimpin yang harus merasakannya pertama kali, jika mengalami kesenangan, para pemimpin yang harus merasakannya terakhir kali. Sepertinya itu tidak berlaku di negara kita, rakyat masih harus bersabar, masih harus mengelus dada, masih harus mendengar janji-janji, perubahan belum terjadi, setidaknya sampai saat ini.

Mungkin hanya karena diberi janji-janji itu pulalah pemilu saat ini tidak seramai dulu, dari pemilu ke pemilu rakyat semakin kebingungan siapa yang akan dipilih, siapa yang akan mewakili rakyat, dan pada siapa harus menggantungkan harapan. Sementara dari pengalaman pemilu-pemilu yang lalu rakyat merasa di kecewakan. Yang dulu menjanjikan, yang dulu diharapkan, ternyata terlibat kasus-kasus korupsi.

Rasanya tidak berlebihan jika rakyat menuntut perubahan, menuntut perbaikan, menuntut hidup layak. Karena rakyat yang memberi gaji, sudah selayaknya melaporkan hasil kerja pada yang memberi gaji, hasil kerja yang nyata. Tidak perlu memberi janji-janji, tidak perlu susah-susah membuat slogan. karena jika rakyat sudah merasakan hasil kerja nyata, kepercayaan akan tumbuh dengan sendirinya, dukungan tidak perlu dicari-cari jika perbaikan menyentuh akarnya. Tapi untuk saat ini rakyat seperti kehilangan pegangan, keluh kesah terdengar dimana-mana, bahkan untuk sekedar pesta gratisan seperti kampanye saja, rakyat sudah tidak bergairah lagi. Sepertinya pesta bukan milik rakyat lagi.

0 comments:

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

Berita Lainnya :

 
Copyright 2013 - Nandira Semesta Bandung
Designed by Republik Design